Minggu, 26 April 2015

KEMBANG BATAVIA


KEMBANG BATAVIA adalah salah satu Group Seni Tradisi Betawi yang bergerak dalam bidang Lenong, Tetapi pada dasarnya, Kembang Batavia lebih fokus mengerjakan atau menampilkan Lenong DENES. Dimana Lenong Denes ini berbeda dengan Lenong-Lenong Lainnya, Lenong Denes lebih cenderung menampilkan atau mengaangkat cerita-cerita KERAJAAN atau KEBANGSAWANAN pada masa lampau. Kembang Batavia Berdiri Pada tanggal 11 Oktober 2012 di Tanjung Priuk Jakarta Utara dengan kepemimpinan Tutur Denes.
Kembang Batavia adalah satu-satunya Group Lenong yang ada di DKI JAKARTA yang masih mebawakan cerita-cerita kerajaan dan kebangsawanan.

LENONG DENES / OPERA LENONG

Lenong Denes/Opera Lenong adalah sandiwara tradisi kaum Betawi yang umurnya lebih tua dari lenong jago/preman. Dia sudah hidup dan berkembang sejak tahun 1800an di tanah Melayu yang terpengaruh dari kebudayaan asalnya yakni tanah Melayu (Johor, Malaysia) yang dibawa oleh rombongan sandiwara Abdul Muluk ke tanah banjarmasin, Kalimantan selatan (Dr. Sal Murgiyanto). Bahkan ada sebagian para peneliti mengatakan, masuknya jenis tontonan sandiwara Betawi ini jauh sebelum itu. Ia sudah ada dan sudah mulai dimainkan dan diperkenalkan oleh orang-orang Melayu yang menetap di Sunda-Kelapa di masa Pangeran Jayakarta sekitar tahun 1600an. Sebab menurut para ahli tersebut mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta adalah seorang Panglima dari kerajaan Pasai (Bangsa Melayu).
Bentuk tontonan lenong denes sangat berbeda dengan bentuk tontonan lenong jago/preman yang sering masyarakat kenal. Jika lenong jago/preman lebih mengutamakan banyolan/lawakan serta kisah sehari-hari, maka lenong denes ini/opera lenong lebih menekankan kepada tuntunan dan petuah-petuah bijak yang dirangkai atau diangkat dari cerita-cerita kebangsawanan dengan menggunakan bahasa Betawi Ningrat atau bahasa melayu tinggi. Begitu juga dengan kostum yang digunakan sangat berbeda dengan kostum lenong jago/preman. Jika lenong jago/preman menggunakan kostum sehari-hari (karena mengangkat kisah sehari-hari), maka kalau lenong denes/opera lenong menggunakan kostum resmi kebangsawanan(dinas) yang sangat glamour yang memang sering digunakan oleh para bangsawan Melayu.
Jenis sandiwara tradisi ini dahulu orang Betawi sering menyebutnya “Dermuluk” artinya, lakon yang selalu menyuguhkan kisah-kisah Abdul Muluk (1001 Malam). Kalau di negeri Melayu sendiri orang menyebutnya “Badulmuluk”.
Dalam sisi pemakaian alat musik, lenong denes/opera lenong ini tak berbeda dengan lenong jago/preman. Sama-sama menggunakan gambang-kromong sebagai musik pengiring pertunjukan, namun jenis lenong ini alat musik gambang kromong lebih sebagai pengiring lagu yang akan ternyanyikan oleh para pemain di saat adegan berlangsung sebagai pengganti dialog cerita. Sementara kalau lenong jago/preman musik gambang kromong lebih kepada ilustrasi adegan dan pengantar pergantian babak.
Memainkan sandiwara tradisi Betawi lenong denes/opera lenong ini lebih sulit ketimbang kita memainkan lenong/jago preman, karena di dalam lenong denes/opera lenong selain menggunakan improvisasi dialogh dengan bahasa Melayu tinggi dengan pengungkapan dialogh diubah menjadi nyanyian, kostum yang glamour (dinas/denes), juga alur cerita dan plot yang lebih menekankan dramaturgi barat (Eropa). Oleh karena itulah tak heran jenis sandiwara tradisi ini sempat punah di tanah Betawi (DKI Jakarta) sejak tahun 1920 dimana seniman tradisi saat itu lebih mudah dan hemat biaya untuk memainkan dan mengembangkan lenong jago/preman. Dan di tahun itu pulalah lenong jago/preman mulai berkembang.
~ Tutur Denes ~ 
Latihan Lenong Di BLK (Balai Latihan Kesenian)









Mau tahu bagaimana latihan untuk pementasan lenong denes .. ?? 
ikutin terus ya blog kita dan kalau penasaran datangi latihan kami setiap hari rabu dan sabtu jam 3 sore di GRJU tepatnya di BLK .. :)
Mau tahu lebih lanjut hubungi contac person dibawah.. Okehh :)

Email                  : Kembang.batavia@yahoo.co.id 
contac person   : 085752452608/-pimpinan Bang Tutur Denes