Kembang Batavia adalah satu-satunya
Group Lenong yang ada di DKI JAKARTA yang masih mebawakan cerita-cerita
kerajaan dan kebangsawanan.
LENONG DENES / OPERA LENONG
Lenong Denes/Opera Lenong adalah sandiwara tradisi kaum Betawi yang
umurnya lebih tua dari lenong jago/preman. Dia sudah hidup dan berkembang sejak
tahun 1800an di tanah Melayu yang terpengaruh dari kebudayaan asalnya yakni
tanah Melayu (Johor, Malaysia) yang dibawa oleh rombongan sandiwara Abdul Muluk
ke tanah banjarmasin, Kalimantan selatan (Dr. Sal Murgiyanto). Bahkan ada
sebagian para peneliti mengatakan, masuknya jenis tontonan sandiwara Betawi ini
jauh sebelum itu. Ia sudah ada dan sudah mulai dimainkan dan diperkenalkan oleh
orang-orang Melayu yang menetap di Sunda-Kelapa di masa Pangeran Jayakarta
sekitar tahun 1600an. Sebab menurut para ahli tersebut mengatakan bahwa
Pangeran Jayakarta adalah seorang Panglima dari kerajaan Pasai (Bangsa Melayu).
Bentuk tontonan lenong denes sangat berbeda dengan bentuk tontonan
lenong jago/preman yang sering masyarakat kenal. Jika lenong jago/preman lebih
mengutamakan banyolan/lawakan serta kisah sehari-hari, maka lenong denes
ini/opera lenong lebih menekankan kepada tuntunan dan petuah-petuah bijak yang
dirangkai atau diangkat dari cerita-cerita kebangsawanan dengan menggunakan
bahasa Betawi Ningrat atau bahasa melayu tinggi. Begitu juga dengan kostum yang
digunakan sangat berbeda dengan kostum lenong jago/preman. Jika lenong
jago/preman menggunakan kostum sehari-hari (karena mengangkat kisah
sehari-hari), maka kalau lenong denes/opera lenong menggunakan kostum resmi
kebangsawanan(dinas) yang sangat glamour yang memang sering digunakan oleh para
bangsawan Melayu.
Jenis sandiwara tradisi ini dahulu orang Betawi sering menyebutnya
“Dermuluk” artinya, lakon yang selalu menyuguhkan kisah-kisah Abdul Muluk (1001
Malam). Kalau di negeri Melayu sendiri orang menyebutnya “Badulmuluk”.
Dalam sisi pemakaian alat musik, lenong denes/opera lenong ini tak
berbeda dengan lenong jago/preman. Sama-sama menggunakan gambang-kromong
sebagai musik pengiring pertunjukan, namun jenis lenong ini alat musik gambang
kromong lebih sebagai pengiring lagu yang akan ternyanyikan oleh para pemain di
saat adegan berlangsung sebagai pengganti dialog cerita. Sementara kalau lenong
jago/preman musik gambang kromong lebih kepada ilustrasi adegan dan pengantar
pergantian babak.
Memainkan sandiwara tradisi Betawi lenong denes/opera lenong ini lebih
sulit ketimbang kita memainkan lenong/jago preman, karena di dalam lenong
denes/opera lenong selain menggunakan improvisasi dialogh dengan bahasa Melayu
tinggi dengan pengungkapan dialogh diubah menjadi nyanyian, kostum yang glamour
(dinas/denes), juga alur cerita dan plot yang lebih menekankan dramaturgi barat
(Eropa). Oleh karena itulah tak heran jenis sandiwara tradisi ini sempat punah
di tanah Betawi (DKI Jakarta) sejak tahun 1920 dimana seniman tradisi saat itu
lebih mudah dan hemat biaya untuk memainkan dan mengembangkan lenong
jago/preman. Dan di tahun itu pulalah lenong jago/preman mulai berkembang.
~ Tutur Denes ~
Latihan Lenong Di BLK (Balai Latihan
Kesenian)
Mau tahu
bagaimana latihan untuk pementasan lenong denes .. ??
ikutin terus
ya blog kita dan kalau penasaran datangi latihan kami setiap hari rabu dan
sabtu jam 3 sore di GRJU tepatnya di BLK .. :)
Mau tahu
lebih lanjut hubungi contac person dibawah.. Okehh :)
Email : Kembang.batavia@yahoo.co.id
contac
person : 085752452608/-pimpinan Bang Tutur Denes